Minggu, 21 Februari 2010
Mengenal teknologi digital subscriber line
Bagi suatu perusahaan kecepatan akan komunikasi data yang tinggi sangat diperlukan untuk implementasi pada aplikasi multimedia real-time seperti konferensi video, hubungan dengan kantor cabang, dan jasa layanan informasi lainnya.
Untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik maka ditawarkanlah solusi dengan ISDN (Integrated Service Digital Network). Dengan teknologi digital kecepatan pengiriman data dapat dilakukan sampai dengan 64kbps untuk setiap kanal, karena basic ISDN dapat menyediakan dua kanal maka secara keseluruhan bisa didapatkan kecepatan akses sampai 128kbps. Akan tetapi kendala utama dari teknologi ISDN ini adalah diperlukannya jaringan telekomunikasi baru. Sehingga tidak semua orang dapat menikmati keunggulan teknologi ini. Di Indonesia terdapat layanan jasa telekomunikasi yang menggunakan teknologi ini,yaitu pasopati tetapi layanan jasa ini baru terbatas di bebrapa kota besar.
Bebrapa solusi lain pernah muncul untuk komunikasi kanal lebar seperti misalnya DirectPC dari Hughes Communication, dimana teknologi ini menggunakna satelit untuk mengirimkan data (downlik) secara langsung ke rumah atau kantor dari situs web dengan kecepatan 400 kbps. Sedangkan untuk komunikasi data ke situs webnya tetap menggunakn salauran telepon biasa.
Kemudian muncul pemikiran untuk tetap menggunakan infrastruktur yang ada guna membangun sambungan kecepatan tinggi, ini didasari dengan mahalnya investasi baru dan besarnya permintaan kebutuhan akan akses yang cepat. Salah satu solusinya adalah dengan teknologi DSL (Digital Subscriber Line) yang merupakan teknologi baru.
DSL bekerja menggunakan kabel telepon standar yang terbuat dari tembaga, saat ini kabel telepon jenis tersebut sudah banyak tersambung dan tersedia luas ke rumah-rumah atau kantor-kantor. Teknologi DSL ini membawa kedua sinyal analog serta digital pada satu kabel. Sinyal digital untuk komunikasi data sementara sinyal analog untuk suara sperti halanya yang digunakn telepon sekarang yang disebut sebagai POTS (Plain Old Telephone System). Kemampuan untuk memisahkan sinyal suara dan data ini adalah merupakan suatu keuntungan.
Jaringan PSTN (Public Switch Telephone Network) yang ada dirancang untuk komunikasi suara yang hanya berlngsung sebentar sekitar tiga sampai lima menit.karena hal ini maka sambungan yang sama bisa digunakan secara bergantian sehingga tidak diperlukan penyedian sambungan telepon yang sama banyak denga jumlah saluran teleponnya. Tetapi untuk komunikasi data umumnya para pelanggan menggunakan waktu yang leih lama, terutama dengan adanya intrenet, maka akibatnya tingkat keberhasilan penyambungan mengalami penurunan karena sebagian besar saluran telepon terpakai dalam jangka waktu yang lama.
Perkembangan lalu lintas data yang sangat cepat ini akan membebani jaringan telepon publik (PSTN) yang ada. Ada dua pilihan yang bisa diambil penyelenggara jasa telekomunikasi untuk mengatasi hal ini yang pertama adalah meningkatkan jaringan PSTN untuk menangani permintaan komunikaais data dan suara yang bertambah dan yang kedua memindahkan lalu litas data ke jaringan yang terpisah yang dirancang khusus untuk komunikasi data.
Dilihat dari sisi teknis teknologi DSL menggunakan basis data paket sementara komunikasi suara berbasis sambungan (circuit-switch).
Untuk komunikasi data yang berbasis sambungan , sambungan dengan lebar bandwith tertentu harus tetap dipertahankan walaupun tidak ada data yang lewat. Untuk komunikasi suara yang singkat waktu yang tidak terpakai tidak begitu menimbulkan masalah, tetapi untuk komunikasi data yang lama akan memboroskan sumber daya yang dimiliki oleh PSTN. Sementara komunikasi data yang berbasis paket akan memungkinkan penggunaan bandwith yang optimum, karena bisa dimanfaatkan untuk lebih dari satu sambungan secar efisien dan ekonomis.
Yang juga merupakan kelebihan lain dari teknologi DSL adalah pengguanan kabel tembaga yang sudah ada dimana jaringannya sudah mencapai kantor-kantor dan rumah-rumah sehingga pembangunan infrastruktur yang diperlukan menjadi tidak terlalu mahal.
Tetapi penggunaan kabel yang sudah ada ini harus memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan sinyal data. Seperti atenuasi, crosstalk, dan derau (noise). Atenuasi adalah melemahnya sinyal yang diakibatkan oleh adanya jarak yang semakin jauh yang harus ditempuh oleh suatu sinyal dan juga oleh karena makin tingginya frekuensi sinyal tersebut. Karena faktor jarak dan frekuensi ini maka jarak terjauh yang masih mungkin adalah sekitar 5,5 km dengan bandwith sekitar 1 MHz. Crosstalk akan mungkin dtimbulkan oleh adanya pasangan kabel telepon yang digunakan. Gangguan ini bisa timbul karena sinyal dengan kecepatan yang sama dari masing-masing kabel bisa saling mempengaruhi, bila gangguan ini lebih tinggi dibandingkan dengan sinyal data maka akna timbul banyak error yang memperlambat kecepatan aliran data. Untuk menghindari efek crosstalk dapat dibuat untuk setiap kabel satu arah, sehingga sinyal pada masing-masing kabel tidak saling memepengaruhi.
KARBUTOR
(sumber : http://qtop.wordpress.com/2008/06/15/tips-motor-5/)
Campuran Bensin dan Udara Harus Tepat
SEIRING dengan berlakunya regulasi emisi gas buang Euro 2 untuk produk mobil baru mulai tahun 2007, teknologi pasokan bahan bakar karburator sudah tidak dipergunakan lagi. Pabrikan mobil mengganti teknologi tersebut dengan sistem injeksi yang lebih ramah lingkungan. Meskipun begitu, jumlah mobil yang memakai karburator masih cukup banyak di
Karburator merupakan bagian dari sistem bahan bakar (fuel system) pada kendaraan yang berfungsi mencampurkan bahan bakar dengan udara untuk kemudian dimasukkan ke ruang bakar.
Sistem sarana bahan bakar terdiri dari beberapa komponen, yaitu tangki bahan bakar (fuel tank), saringan bahan bakar, karburator, pompa bahan bakar, saluran bahan bakar, dan charcoal canister.
Mekanisme kerja sistem ini adalah bahan bakar yang disimpan di tangki dikirim oleh pompa ke karburator, melalui pipa-pipa. Air dan pasir, kotoran dan benda-benda lainnya disaring filter. Sejumlah gas HC yang timbul di dalam tangki dikurangi oleh charcoal canister.
Karena karburator terdiri dari berbagai komponen yang sensitif terhadap kotoran yang bisa menyumbat, kebersihan komponen ini harus dijaga baik.
Perawatan karburator lebih mudah dibanding sistem injektor karena dibongkar pasang. Untuk membersihkannya hanya perlu tekanan angin seperti kompresor guna menghilangkan kotoran kerak karbon. Namun, ketika membuka karburator perlu ketelitian tersendiri karena banyak komponen kecil cukup vital.
Untuk menjaga karburator tetap berfungsi maksimal, pertama yang harus diperhatikan adalah kualitas bahan bakar. Ini penting karena bahan bakar yang berkualitas rendah akan menimbulkan residu berbentuk gum, varnish, dan karbon yang bisa menyebabkan saluran bensin menjadi tersumbat.
Untuk membersihkan karburator bisa mempergunakan bahan yang dicampurkan langsung ke bensin, yaitu petrol atau gas treatment. Material ini berfungsi memberi tambahan zat pembersih sejenis deterjen pada bensin yang bertugas menjaga kebersihan karburator.
Selain itu, bisa juga mempergunakan Carburetor Spray Cleaner yang penggunaannya dengan cara menyemprotkan cairan ke karburator bagian luar dan dalam, melalui saluran/lubang penghubung ke air filter.
Cara tersebut cukup aman dibandingkan membersihkan bagian dalam dengan cara membuka karburator. Alasannya, bisa menyebabkan gangguan teknis karena banyak bagian sensitif bila terlalu sering dibuka. Selain itu, drat baut pun bisa aus karena terbuat dari aluminium. Saringan bensin harus dibersihkan setidaknya setiap 5.000 atau 10.000 km karena sumbatan pasir, batu kecil, dan endapan lainnya.
Jangan sekali-kali mencabut saringan bahan bakar karena hal itu bisa menyebabkan saluran dalam karburator tersumbat oleh berbagai partikel. Bila itu terjadi, mesin mobil pun bisa tidak jalan karena saluran bensin tersumbat atau tidak lancar.
Komponen lainnya yang berpengaruh pada sistem bahan bakar adalah saringan udara. Saringan udara yang kotor dan tidak pernah dibersihkan akan menyebabkan aliran udara tersendat sehingga campuran bensin dan udara ke ruang bakar tidak maksimal. Malahan dalam kondisi seperti itu bahan bakar bisa menjadi boros.
Jadwal penggantian saringan udara umumnya dilakukan setiap 20.000 km. Khusus untuk membersihkan saringan udara yaitu setiap 2.500 km.
Tipe saringan udara ada 2 jenis, yaitu bahan kertas (paper air filter) dan bahan sejenis karet busa dengan pori-pori yang halus atau agak kasar. Membersihkan saringan udara dari bahan kertas bisa dengan cara disemprot dengan kompresor. Untuk jenis karet busa yaitu dengan cara merendam dalam cairan pembersih. Setelah itu diperas untuk mengeluarkan semua kotoran. Karet busa yang sudah terlalu kotor sebaiknya diganti baru.
Setelan karburator
Syarat terakhir inilah yang harus dipenuhi karburator.
Berdasarkan kondisi kerja mesin, campuran bahan bakar dan udara yang diperlukan berbeda-beda. Saat start pada temperatur 0 derajat celcius, perbandingan udara dan bahan bakar adalah sekitar 1 : 1. Kemudian saat start temperatur 20 derajat celcius kira-kira 5 : 1, saat idling 11 : 1, putaran lambat 12-13 : 1, akselerasi 8 : 1, putaran maksimum (beban penuh) 12-13 : 1, dan putaran sedang (ekonomi) 16 - 18 : 1. Bensin harus terbakar seluruhnya di dalam ruang bakar untuk menghasilkan tenaga besar.
Prinsip kerja karburator adalah saat torak bergerak ke bawah di dalam silinder selama langkah hisap pada mesin akan menyebabkan kevakuman di dalam ruang bakar. Kevakuman ini menyebabkan udara masuk ke ruang bakar melalui karburator. Besarnya udara yang masuk ke silinder diatur oleh katup throttle yang gerakannya diatur pedal gas. Bertambah cepatnya aliran udara yang masuk melalui saluran sempit (venturi), menyebabkan tekanan pada venturi menjadi rendah. Hal ini menyebabkan bensin dalam ruang pelampung mengalir keluar melalui saluran utama ke urang bakar. Jumlah udara maksimum yang masuk ke karburator, terjadi saat mesin berputar pada kecepatan tinggi dengan posisi katup throttle terbuka secara penuh. Agar mesin berputar idle (stasioner) dengan bagus sesuai perbandingan udara dan bahan bakar yang dibutuhkan, diperlukan penyetelan secara berkala.
Mesin memiliki tingkat idle yang tidak sama. Umumnya mesin standar seperti mesin tipe 5K Kijang berada pada putaran 800 rpm. Langkah penyetelannya adalah bersihkan terlebih dahulu saringan udara, dan suhu kerja mesin 85 - 90 derajat celcius. Kemudian semua perlengkapan tambahan dimatikan seperti AC, dan transmisi harus pada posisi netral (N).
Khusus penyetelan idle mesin dengan tacho meter, yaitu hidupkan mesin dahulu, kemudian putarlah penyetel idle mixture adjusting screw sampai tacho meter menunjukkan 800.
Jangan menyetel sekrup ini terlalu keras karena ujung jarum sekrup bisa menjadi rusak. Kalau rusak akan sulit untuk menentukan campuran bahan bakar udara yang tepat.
SKRIPSI BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.1 Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau gairah belajar murid dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid adalah metode diskusi. Metode diskusi merupakan suatu cara mengajar yang bercirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau problem. Di mana para anggota diskusi dengan jujur berusaha mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.[2] Dalam metode diskusi guru dapat membimbing dan mendidik siswa untuk hidup dalam suasana yang penuh tanggung jawab, msetiap orang yang berbicara atau mengemukakan pendapat harus berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang dapat diperanggungjawabkan. Jadi bukan omong kosong, juga bukan untuk menghasut atau mengacau suasana. Menghormati pendapat orang lain, menerima pendapat yang enar dan menolak pendapatb yang salah adalah ciri dari metode yang dapat dighunakan untuk mendidik siswa berjiwa demokrasi dan melatih kemampuan berbicara siswa. Agar suasana belajar siswa aktif dapat tercapai, maka diskusi dapat menggunakan variasi model-model pembelajaran menarik dan memotivasi siswa. Dari sekan banyak model pembelajaran yang ada, model pembelajaran jigsaw cocok untuk digunakan dalam metode diskusi. Model pembelajaran jigsaw membantu murid untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus siswa mampu menjadi
http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Beberapa metode mengajar
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2. Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
3. Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
6. Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan
8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan ( projeck method )
yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
13. Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
15. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.
14. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Penelitian Tindakan Kelas SMP Kelas IX
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003:6) merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
Pengajaran menurut Rohani (2004:4) merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pengajaran matematika akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan baik, manakala ia mampu mengubah diri peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika, agar siswa dapat berpikir secara sistematis, logis, berpikir abstrak, menggunakan matematika dalam pemecahan masalah, serta melakukan komunikasi dengan menggunakan simbol, tabel, grafik dan diagram yang dikembangkan melalui pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Pembelajaran matematika memerlukan media yang sesuai, karena menurut Mulyasa (2005a:47) suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Menurut Djamarah (2002:136) bahan ajar merupakan wahana penyalur informasi belajar.
Menurut Suharta (2001:1) dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting dilakukan.
Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Bangun Ruang Melalui Penggunaan Media Benda Asli Siswa Kelas IX SMP Al Muslim Waru Sidoarjo.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah sebagian besar siswa kelas IX SMP Al Muslim Waru Sidoarjo kurang memahami konsep bangun ruang.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Apakah penggunaan media benda asli dapat meningkatkan prestasi belajar bangun ruang siswa kelas IX SMP Al Muslim Waru Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui apakah penggunaan media benda asli dapat meningkatkan prestasi belajar bangun ruang siswa kelas IX SMP Al Muslim Waru Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran pada materi bangun ruang kelas IX SMP Al Muslim Waru Sidoarjo
b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.
c. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui pelatihan bagi guru tentang media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
d. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran dengan mempergunakan media pembelajaran benda asli, karena suasana pembelajaran menyenangkan, motivasi belajar siswa meningkat, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah hanya pada materi matematika pada konsep bangun ruang. Materi tersebut merupakan materi pada mata pelajaran matematika Kelas IX semester gasal pada kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus, di mana pada setiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan , yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)
F. Definisi Operasional
Pada penelitian ini definisi operasionalnya adalah:
a. Prestasi belajar bangun ruang adalah hasil yang dicapai seseorang di dalam proses belajar mengajar pada materi bangun ruang setelah diadakan evaluasi
b. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
c. Media benda asli adalah benda yang sebenarnya yang dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati, dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bangun Ruang
Bangun ruang adalah bangun tiga dimensi, yaitu bangun yang dapat dilihat dari semua sisinya. Media pembelajaran berupa model bangun ruang dapat dijadikan media pengajaran. Benda asli sangat membantu guru dalam menerangkan sesuatu kepada siswa untuk memahami materi yang disampaikan.
Model bangun ruang adalah media yang dibuat dengan ukuran tiga dimensi sehingga menyerupai benda aslinya untuk menjelaskan hal-hal yang tak mungkin kita peroleh dari benda yang sebenarnya. Model bangun ruang dapat dibuat dalam ukuran lebih besar atau lebih kecil dari benda aslinya, atau memperlihatkan bagian-bagian yang rumit dari sebuah benda yang sebenarnya keadaan tertutup.
B. Pengertian Media Benda Asli
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan metode pengajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan. Pemilihan salah satu media mengajar tentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran yang berlangsung dan kontak pembelajaran, termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Mau tak mau sebagai guru atau instruktur harus mengakui bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Istilah proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar hendaknya diartikan sebagai proses belajar dalam diri siswa terjadi baik secara langsung mengajar (guru, instruktur) ataupun secara tidak langsung. Belajar tak langsung artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Latuheru (1993:4) yang dikutip oleh Arsyad (2006:4) memberi batasan media sebagai sebuah bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Media juga seringkali diartikan sebagai alat yang dapat dilihat dan di dengar. Alat-alat ini dipakai dalam pengajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat ini, guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap, hidup dan interaksinya bersifat banyak arah. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986:4) dalam Arsyad (2006:4) bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media komunikasi. Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1975:4) dalam Arsyad (2006:4) media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari: buku, tape recorder, Benda Nyata, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Sedangkan pengertian media menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) yang dikutip oleh Wijaya (1991:137) adalah bentuk-bentuk komuniaksi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya dan media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Dan batasan yang diberikan dari pengertian media disini yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian media dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna, (2) Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar, (3) Adapun yang disampaikan oleh guru mesti menggunakan media, paling tidak yang digunakan adalah media verbal yaitu berupa kata-kata yang diucapkannya dihadapan siswa, (4) Segala sesuatu yang terdapat dilingkungan sekolah, baik berupa manusia ataupun bukan manusia yang pada permulaannya tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar setelah dirancang dan di pakai dalam kegiatan tersebut. Lingkungan itu berstatus media sebagai alat perangsang belajar.
1. Jenis Media
Bermacam-macam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Maka dari itulah guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai format media. Dan dari pengalaman mereka, guru mulai belajar melalui media visual, sebagian melalui media audio, sebagian lagi senang melalui media cetak yang lain melalui media audio visual, dan sebagainya.
Berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam proses komunikasi pembelajaran menurut Koyo Kartasurya (1991,140) seperti yang dikutip oleh Wijaya (1991:140) digolongkan menjadi: (1) Media visual meliputi gambar/tato, sketsa, diagram, charts, grafik, kartun, poster, peta dan globe, (2) Media dengar meliputi radio, magnetic, tape recorder, magnetic sheet recorder, laboratorium bahasa, (3) Projected still media meliputi slide, film strip, over head projector, opaque projector, techitoscope, micro projector, micro film, (4) Projected motion media, meliputi film, film loop, televisi, closed circuit television (CC TV), video tape recorder, computer.
Sedangkan menurut Amir Hamzah Suleiman (1981,140) ) seperti yang dikutip oleh Wijaya (1991:140) jenis-jenis media dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan yang meliputi gambar, gambar yang diproyeksikan dengan opaque projector, lembaran balik, wayang beber, grafik, diagram, bagan, peta, poster, gambar hasil cetak saring, foto dan gambar sederhana dengan garis dan lingkaran, (2) Berbagai macam papan yang meliputi papan tulis, papan flannel, papan magnet (white board) dan papan peragaan, (3) Alat-alat visual tiga dimensi yaitu meliputi benda asli, model, barang contoh atau specimen, alat tiruan sederhana atau mock-up, diaroma, pameran, dan bak pasir, (4) Alat-alat audio yang meliputi tape-recorder dan radio, (5) Alat-alat audio visual murni yang meliputi film suara, (6) Demonstrasi dan widyawisata.
Dari berbagai penjelasan diatas tentang jenis-jenis media, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya jenis-jenis media ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) Media Dua Dimensi, Media dua dimensi merupakan media yang hanya dapat dipandang baik dengan bantuan proyektor atau tanpa bantuan proyektor. Misalnya: Gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik, chart, lembaran balik, poster peta, dll, (2) Media Benda Nyata, Media tiga dimensi merupakan media yang dapat dipandang dari segala arah dan diraba bentuknya, dimana media tiga dimensi mewujudkan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Misalnya: benda asli, model, alat tiruan sederhana (mock-up), barang contoh (specimen), diaroma.
2. Pemilihan Media
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas, seringkali didasarkan atas pertimbangan, antara lain: (1) Merasa akrab dengan media tersebut, (2) Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkrit, (3) Media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi.
Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan. Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karasteristik) media yang bersangkutan. Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteknya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karasteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.
Sedangkan menurut Dick dan Carey (1978:86) yang dikutip oleh Sadiman (2006:86) menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya. Setidaknya masih ada 4 (empat) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: (1) Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri, (2) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya, (3) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, (4) Artinya media bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan, (5) Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
Dan menurut Heinich dan kawan-kawan (1982:67) seperti yang dikutip oleh Arsyad (2006:67) mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah ASSURE. ASSURE adalah singkatan dari Analyze Learner Characteristics, State Objective, Select, or modify media, utilize, require learner response, and evaluate. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut: (a) Menganalisis karasteristik umum kelompok sasaran. Apakah mereka siswa sekolah lanjutan atau perguruan tinggi, anggota organisasi pemuda, perusahaan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, ekonomi, sosial serta menganalisis karasteristik khusus mereka yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap awal mereka, (b) Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran. Yaitu perilaku atau kemampuan baru (pengetahuan, ketrampilan atau sikap) yang diharapkan dimiliki dan dikuasai setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuan ini akan mempengaruhi pemilihan media dan urut-urutan penyajian dan kegiatan belajar, (c) Memilih, memodifiaksi atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi dan media itu sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Disamping itu perlu pula diperhatikan apakah materi dan media itu akan mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi, memiliki kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, (d) Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi dan media yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu diperlukan untuk menggunakannya. Disamping praktek dan latihan menggunakannya, persiapan ruangan juga diperlukan seperti tata letak tempat duduk siswa, fasilitas yang diperlukan seperti meja peralatan, listrik, dan hal-hal lain yang harus dipersiapkan sebelum penyajian, (e) Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respons dan umpan balik mengenai keefektifan proses belajar mengajar. Dengan adanya respons maka siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih besar terhadap proses belajar mengajar. (f) Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektifan media, pendekatan dari guru sendiri.
Ditinjau dari segi teori belajar berbagai kondisi prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut: (1) Motivasi, Harus ada kebutuhan, minat atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Selain itu pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan dan bermakna baginya. Oleh karena itu perlu merangsang minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran tersebut, (2) Perbedaan Individual, Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intagensia tingkat pendidikan, kepribadian, dan
Unsur terpenting dari pemilihan media disini adalah untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan pembelajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar perorangan dengan menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin terjadinya pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas tentang prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan media gambar dua dimensi dan benda nyata. Yang dimaksud dengan media gambar dua dimensi yaitu media yang hanya dapat dipandang baik dengan bantuan proyektor atau tanpa bantuan proyektor. Misalnya: gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik, chart, lembaran balik, peta dan poster. Sedangkan yang dimaksud dengan benda nyata yaitu benda yang sebenarnya dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu.
C. Pengaruh Penggunaan Media Benda Asli terhadap Prestasi Belajar Bangun Ruang
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara kerumitan bahan yang akan disampaikan dengan bantuan media.
Penggunaan media benda asli dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif, karena dapat mendorong motivasi dan meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Setiap proses pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian tujuan, peranan media pembelajaran merupakan bagian terpenting pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi. Dalam proses belajar mengajar media benda asli atau nyata dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran matematika media benda asli atau benda nyata sebenarnya sangat diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan dalam memahami materi dalam proses belajar mengajar. Jika dalam pembelajaran matematika tidak dapat menyajikan benda nyata, guru dapat menyajikan menggunakan media tiruan benda nyata. Contoh penyajian dengan menggunakan benda nyata dalam materi bangun ruang maka kita bisa mempergunakan kardus kue dan pembungkus pasta gigi untuk membuktikan bangun balok secara langsung. Karena metode ini dapat memberikan motivasi siswa dan memperjelas penyampaian materi sehingga siswa dengan mudah memahami materi balok yang disampaikan dalam pembelajaran. Penggunaan topi pesta juga membantu siswa dalam memahami kerucut.
Penggunaan berbagai jenis media pembelajaran dapat membawa dampak yang positif dalam proses pembelajaran. Dimana hubungan antara guru dan siswa dapat berlangsung lebih interaktif, karena pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar terhadap siswa.
Berbagai pendapat mengenai manfaat dari media pembelajaran diantaranya adalah menurut pendapat Sudjana dan Rivai (1992.24) seperti yang dikutip oleh Arsyad (2006:214) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran, (4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Dalam Hamalik (1994.15) seperti yang dikutip oleh Arsyad (2006:25) merinci manfaat media pendidikan sebagai berikut: (1) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, (2) Memperbesar perhatian siswa, (3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap, (4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa, (5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup, (6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahaya, (7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari beberapa pendapat tentang manfaat penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan pesan dan informasi, (2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Objek atau benda yang terlalu besar untuk iklan langsung dibawah kelas dapat diganti dengan gambar , tato, slide, film, radio atau model. Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan ketentuan miroskop, film, slide, dan gambar. Kejadian langkah yang terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, tato, slide. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkrit melalui film, gambar, dan slide. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti computer, film, dan video. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan membutuhkan waktu yang lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu, dapat disajikan melalui teknik-teknik rekaman seperti timelapse untuk film video atau simulasi computer, (4) Media pembelajaran dapat memberikan keamanan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi antara guru, siswa, masyarakat dan lingkungan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan karena penelitian tindakan kelas adalah merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kematangan rasional dari tindakan-tindakan dalam melakukan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi tempat praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Dalam penelitian ini memakai Penelitian tindakan kelas adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif. Pada penelitian ini disamping untuk memantu permasalahan belajar yang dihadapi siswa juga membantu guru dalam upaya memperbaiki cara mengajarnya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Refleksi tindakan yang diperoleh bisa berupa (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan oleh guru, (b) pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut dan (c) situasi yang melatarbelakangi praktik itu dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif, untuk kemantapan rasional dalam pelaksanaan tugas, serta memperbaiki kondisi tempat praktik pembelajaran sendiri.
A. Perancangan
Kegiatan yang dilakukan pada perancangan adalah sebagai berikut
Refleksi awal, peneliti bersama teman sejawat mata pelajaran matematika yaitu Hisyam Hidayatullah, S.Pd. dan Siti Aminah, S.Pd. untuk mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan bangun ruang siswa Kelas IX dan mendiskusikan cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman tentang bangun ruang.
Peneliti dan guru mata pelajaran sejenis merumuskan permasalahan secara operasional dan relevan dengan rumusan masalah penelitian.
Merumuskan hipotesis tindakan yang lebih menitikberatkan pada pendekatan naturalistik, sehingga hipotesis tindakan yang dirumuskan bersifat fleksibel yang mungkin mengalami perubahan sesuai dengan kondisi lapangan.
Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang meliputi:
a. Menetapkan indikator-indikator desain atau strategi pembelajaran berupa pelaksanaan pembelajaran bangun ruang.
b. Memilih media yang dipergunakan dalam pembelajaran bangun ruang , serta strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang merupakan bahan intervensi atau pemberian perlakuan dalam proses pembelajaran bangun ruang berupa rancangan program, bahan, strategi pembelajaran dan evaluasi.
c. Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa tes, catatan lapangan, pedoman analisis, dokumen, dan catatan harian.
d. Menyiapkan media bangun ruang untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran bangun ruang.
e. Menyusun rencana pengolahan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
B. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini;
Peneliti melaksanakan desain atau penyampaian materi dengan menggunakan media dan metode pembelajaran berdasarkan masalah yang telah direncanakan.
Peneliti dalam melakukan proses pembelajaran dalam rangka menyampaikan materi pelajaran pokok bahasan bangun ruang sekaligus melakukan pengamatan secara sistematis terhadap pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran bangun ruang dengan mempergunakan metode pembelajaran berdasarkan masalah. Kegiatan pengamatan dilakukan secara komprehensif dengan memanfaatkan alat perekam data, pedoman pengamatan serta catatan lapangan yang dibutuhkan. Dalam kegiatan pengamatan yang peneliti lakukan dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran perpindahan panas dengaan metode pembelajaran berdasarkan masalah menempuh alur pemikiran sebagai berikut:
a. Menyiapkan kurikulum, yaaitu memilih dan menganalisis standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator yang disediakan untuk dipakai sebagai informasi dalam pembelajaran bangun ruang.
b. Mengidentifikasi butir-butir yang akan diajarkan itu diambil dari kurikulum serta mengembangkannya sesuai konteks yang tepat.
c. Mengidentifikasi berbagai kemampuan yang telah dimiliki siswa yang relevan dengaan butir-butir pembelajaran termasuk merelevansikan dengan materi yang diperoleh sebelumnya.
d. Menganalisis instruksional yaitu mengembangkan tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan siswa untuk memahami bangun ruang.
e. Merumuskan indikator yang hendak dicapai dalam pembelajaran
f. Mengembangkan alat evaluasi atau sistem penilaian proses pembelajaran.
g. Mengembangkan strategi pembelajaran berdasarkan masalah dalam proses pembelajaran.
C. Refleksi
Setelah pengamatan selesai dilakukan dalam rangka memperoleh data, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis yang akhirnya dapat dipergunakan sebagai dasar menarik suatu simpulan. Dari simpulan tersebut, peneliti dapat menentukan perlu tidaknya diadakan penelitian ulang atau penelitian kembali. Bila ternyata hasil simpulan tersebut tidak sesuai dengaan rencana semula yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya mencari faktor-faktor yang menyebabkan adanya ketidaktercapaian tersebut.
Pengumpulaan data pada penelitian ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap observasi atau pengamatan pendahuluan, tahap ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran, tepatnya sebelum peneliti melakukan proses pembelajaran di kelas. Tahap kedua adalah tahap pengamatan selama dan setelah pemberian tindakan.
Peneliti dan rekan sejawat mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, makna, penjelasan, dan penyimpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh merupakan temuan tingkat efektifitas desain pembelajaran yang dirancang dan daftar permasalahan yang muncul di lapangan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan.
Langkah selanjutnya diadakan perbaikan, kemudian dimulai lagi dari awal untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam siklus berikutnya.
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini ditentukaan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dimaksudkan di sini adalah pertimbangan keterlaksanaan pembelajaran mempergunakan media pembelajaran benda asli dalam pembelajaran materi bangun ruang.
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Al Muslim Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006-2007. Jumlah siswa Kelas IX seluruhnya adalah 33 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX SMP Al Muslim Waru Sidoarjo, untuk mata pelajaran matematika pada materi bangun ruang dan dilaksanakan pada bulan Agustus 2006.
E. Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, tes, wawancara, dan catatan lapangan.
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dan pengamat (teman sejawat). yaitu Hisyam Hidayatullah, S.Pd. dan Siti Aminah, S.Pd. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti dan pengamat melihat dan mengamati secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Observasi adalah instrumen yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari pancainderanya yaitu indra penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Sebaliknya, instrumen observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti (Soekowati, 2006:64).
2. Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sehingga peneliti dapat merencanakan tindakan yang akan diambil dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan melalui tiga siklus dan evaluasi dilakukan diakhir siklus untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada setiap siklus. Tes adalah suatu alat pengumpul informasi, bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan (Arikunto, 2005:33).
3. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini menggunakan wawancara tidak berstruktur karena peneliti memandang model ini adalah yang paling luwes, di mana subyek diberi kebebasan untuk menguraikan jawabannya dan ungkapan-ungkapan pandangannya secara bebas dan sesuai hatinya. Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pendapat siswa mengenai penerapan media pembelajaran benda asli dalam materi bangun ruang .
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dipergunakan untuk mendokumentasikan secara keseluruhan kejadian-kejadian selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan adalah reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan, serta verifikasi refleksi.
1. Reduksi Data
Dalam reduksi data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara ditulis dalam bentuk rekaman data, dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari polanya. Jadi, rekaman data sebagai bahan data mentah singkat disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan dalan penelitian ini, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data.
3. Penarikan simpulan, verifiasi, dan refleksiData yang diperoleh dicari pola , hubungan, atau hal-hal yang sering timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan sementara yang disebut dengan temuan peneliti. Penarikaan simpulan dilakukan terhadap temuan peneliti berupa indikator-indikator yang selanjutnya dilakukan pemaknaan atau refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Adapun tes hasil belajar siswa diolah untuk mengukur ketuntasan dengan menggunakan rumus:
a. Rumus ketuntasan belajar
Prestasi belajar dikatakan berhasil apabila siswa secara individual telah memperolah nilai 70 atau lebih, dan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika lebih dari 85 % siswa mendapat nilai diatas 70.
Di samping itu dilakukan juga metode analisis deskriptif yang merupakan pemaparan dari hasil penerapan pembelajaran dengan media benda asli.
b. Rumus rata-rata
Jumlah nilai
Jumlah siswa
Rumus ini dipergunakan untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan pemahaman siswa terhadap materi bangun ruang antara siklus satu dengan siklus lainnya.
c. Menyimpulkan dan Memverifikasi
Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan akhir yang selanjutnya diikuti dengan kegiaatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan ilmiah.
G. Penyiapan Partisipan
Penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif dan kooperatif, sehingga penyiapan partisipaan dipandang perlu dilakukan kegiatan awal. Melakukan diskusi dengan teman sejawat guru matematika tentang desain atau strategi pembelajaran pada materi bangun ruang yang diikuti dengaan penyusunan rencana kegiatan.
1. Refleksi Awal
Refleksi awal dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal dilakukan pengamatan oleh rekan sejawat saat guru melakukan proses pembelajaran. Hasil analisis refleksi awal digunakan untuk menetapkan dan merumuskan rencana tindakan yaitu menyusun strategi awal pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan ditemukan bahwa selama pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa cenderung kurang berminat menyelesaikan soal-soal latihan, dan guru harus selalu mengingatkan agar siswa mengerjakan latihan, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bersemangat dan cenderung pasif, tidak aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran.
Minat belajar siswa dalam pembelajaran kurang ditandai dengan banyaknya siswa selama pembelajaran berlangsung tidak ada minat untuk segera menyelesaikan masalah bangun ruang.
Minat untuk bertanya juga kurang karena siswaa cenderung pasif pada waktu guru memberikan pertanyaan atau saat guru memberikan tugas.
Selanjutnya dilakukan refleksi atau pemaknaan terhadap perilaku siswa tersebut. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa kurang berminat dan kurang terampil dalam menyelesaikan masalah menyajikan bangun ruang.
2. Siklus Pertama
a. Perencanaan
v Melakukan pertemuan dengan teman sejawat selaku pengamat untuk membicarakan persiapan kegiatan pembelajaran dengan pemberian pretes yang dilakukan pada saat penelitian
v Mendiskusikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan penelitian
v Mempersiapkan penelitian dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian
v Mempersiapkan waktu dan cara pelaksanaan diskusi hasil pengamatan dengan praktisi dan wawancara dengan subyek penelitian
v Mempersiapkan buku perekam data
v Menyusun rencana pembelajaran
v Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar pada siklus pertama
v Mengelompokkan siswa secara heterogen
b. Pelaksanaan Tindakan
v Melaksanakan kegiatan pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah dibuat
v Melakukan penilaian menggunakan alat penilaian yang telah disediakan
c. Observasi
v Observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator
v Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru
dan siswa selama proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir.
v Observasi dilakukan dengan instrumen observasi
d. Refleksi
v Catatan di lapangan dan jurnal harian sebagai hasil pengamatan maupun hasil wawancara dikaji dan direnungkan kembali
v Data yang terkumpul dikaji secara komprehensif.
v Data dibahas bersama pengamat untuk mendapat kesamaan pandangan terhadap tindakan pada siklus pertama.
v Hasil refleksi dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan selanjutnya.
3. Siklus Kedua
a. Perencanaan
v Mendiskusikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan penelitian
v Mempersiapkan perangkat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian
v Mempersiapkan waktu dan cara pelaksanaan diskusi hasil pengamatan dengan praktisi dan wawancara dengan subyek penelitian
v Mempersiapkan buku perekam data
v Menyusun rencana pembelajaran
v Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar pada siklus kedua
v Mengelompokkan siswa secara heterogen
b. Pelaksanaan Tindakan
v Melaksanakan kegiatan pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah dibuat
v Melakukan penilaian menggunakan alat penilaian yang telah disediakan
c. Observasi
v Observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator
v Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir.
v Observasi dilakukan dengan instrumen observasi
d. Refleksi
v Catatan di lapangan dan jurnal harian sebagai hasil pengamatan maupun hasil wawancara dikaji dan direnungkan kembali
v Data yang terkumpul dikaji secara komprehensif.
v Data dibahas bersama pengamat untuk mendapat kesamaan pandangan terhadap tindakan pada siklus kedua.
v Hasil refleksi dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan selanjutnya.
4. Siklus Ketiga
a. Perencanaan
v Mendiskusikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan penelitian
v Mempersiapkan perangkat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian
v Mempersiapkan waktu dan cara pelaksanaan diskusi hasil pengamatan dengan praktisi dan wawancara dengan subyek penelitian
v Mempersiapkan buku perekan data dan rencana pembelajaran
v Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar pada siklus ketiga
v Mengelompokkan siswa secara heterogen
b. Pelaksanaan Tindakan
v Melaksanakan kegiatan pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah dibuat
v Melakukan penilaian menggunakan alat penilaian yang telah disediakan
c. Observasi
v Observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator
v Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir.
v Observasi dilakukan dengan instrumen observasi
d. Refleksi
v Catatan di lapangan dan jurnal harian sebagai hasil pengamatan maupun hasil wawancara dikaji dan direnungkan kembali
v Data yang terkumpul dikaji secara komprehensif.
v Data dibahas bersama pengamat untuk mendapat kesamaan pandangan terhadap tindakan pada siklus ketiga.
v Hasil diskusi dijadikan bahan untuk menarik kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini terbagi menjadi tiga siklus, yang dimulai dari refleksi awal. Refleksi awal dilaksaanakaan dengan melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal dilakukan oleh pengamat kelas, yakni rekan sejawat. Hasil refleksi awal dipergunakan untuk menetapkan dan merumuskan rencana tindakan yaitu menyusun strategi awal pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan ditemukan bahwa selama pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa cenderung kurang berminat menyelesaikan soal-soal latihan, dan guru harus selalu mengingatkan agar siswa mengerjakan latihan, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bersemangat dan cenderung pasif, tidak aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran.
Minat belajar siswa dalam pembelajaran kurang ditandai dengan banyaknya siswa selama pembelajaran berlangsung tidak ada minat untuk segera menyelesaikan masalah bangun ruang.
Minat untuk bertanya juga kurang karena siswaa cenderung pasif pada waktu guru memberikan pertanyaan atau saat guru memberikan tugas.
Selanjutnya dilakukan refleksi atau pemaknaan terhadap perilaku siswa tersebut. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa kurang berminat dan kurang terampil dalam menyelesaikan masalah bangun ruang.
Kegiatan pembelajaran bangun ruang dapat disajikan dengan menggunakan strategi atau pendekatan dan penggunaan media pembelajaran yang menarik dan dapat mengatasi permasalahan tersebut, yaitu metode pembelajaran pembelajaran berdasarkan masalah. Akhirnya kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan wajar , motivasi belajar siswa meningkat, dan pada akhirnya pestasi belajar siswa meningkat.
A. Hasil Penelitian pada Siklus Pertama
Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyusun rencana-rencana yang akan dilakukan pada saat pembelajaran, meliputi:
1. Menentukan topik bahasan berdasarkan kurikulum 2004, yaitu materi bangun ruang
2. Menyusun rencana pembelajaran yang mencakup:
a) Standar Kompetensi sesuai Kurikulum 2004 untuk SMP kelas IX semester gasal, yaitu mengidentifikasi bangun ruang sisi datar sertadapat menentukan besaran – besaran di dalamnya serta kompetensi dasar, yaitu menghitung besaran – besaran pada kubus dan balok.
b) Indikator, yaitu: siswa dapat menentukan rumus volume, dan menghitung volume kubusdan balok, merancang kubus dan balok, menghitung besar perubahan volume bangun ruang kubus dan balok jika ukuran rusuknya berubah
c) Materi pembelajaran : Materi bangun ruang
d) Sarana / alat : Buku siswa dan lembar kerja siswa.
e) Menyusun dan mempersiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP tentang materi bangun ruang.
f) Mempersiapkan alat-alat dan media yang digunakan.
g) Menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian serta proses pembelajaran dengan mempergunakan media pembelajaran benda asli.
h) Mempersiapkan instrumen observasi dan instrumen tes
i) Mempersiapkan daftar nilai
j) Pembentukan kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen
k) Penejelasan tentang penerapan media pembelajaran benda asli
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dengan metode pembelajaran berdasarkan masalah sesuai dengan rencana pelajaran (RP). Selama pelaksanaan pembelajaran peneliti dan 2 orang pengamat akan melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran, setelah proses tersebut selesai peneliti dan pengamat akan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, hasil refleksi akan dipakai untuk memperbaiki dan menyusun perangkat pembelajaran untuk siklus berikutnya. Pembelajaran dalam penelitian ini berlangsung dalam siklus-siklus yang saling berkaitan. Garis besar pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus adalah sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pelajaran (RP).
2. Melakukan pembelajaran dengan memakai strategi belajar media
pembelajaran berdasarkan masalah.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi belajar ini adalah :
Pendahuluana.
Guru mengorientasi siswa pada permasalahan bangun ruang
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta mempersiapkan media yang diperlukan dan mengorganisasi siswa untuk terlibat aktif pemecahan masalah bangun ruang
Kegiatan Inti
a. Guru meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok 4-5 orang yang berbeda jenis kelaminnya. Mereka diminta menyelesaikan masalah bangun ruang dan berdiskusi sesuai LKS, guru membimbing siswa menyelesaikan masalah.
b. Guru membimbing awal siswa untuk memberikan informasi selangkah demi selangkah untuk mencermati masalah bangun ruang.
c. Guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi masalah bangun ruang
d. Guru membimbing siswa mengembangkan hasil karya tentang bangun ruang
Penutup
a. Guru bersama siswa berusaha langkah demi langkah pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Selesai diskusi, guru melakukan refleksi dan meminta siswa membuat rangkuman.
Observasi
Dalam tahap observasi ini, observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator, kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir. Observasi dilakukan dengan instrumen observasi.
Hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Pada saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa
cenderung kurang berminat menyelesaiakn soal-soal latihan, dan guru harus selalu mengingatkan agar siswa mengerjakan latihan, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bersemangat dan cenderung pasif, tidak aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Minat belajar siswa dalam pembelajaran kurang ditandai dengan banyaknya siswa selama pembelajaran berlangsung tidak ada minat untuk segera menyelesaikan perhitungan materi bangun ruang.
3) Minat untuk bertanya juga kurang karena siswaa cenderung pasif pada waktu guru memberikan pertanyaan atau saat guru memberikan tugas.
Refleksi
1) Pada kegiatan awal guru perlu terus-menerus memotivasi siswa agar aktif selama pembelajaran
2) Pada kegiatan di kelompok, keaktifan siswa perlu ditingkatkan dengan cara memberi penghargaan kepada anggota kelompok yang yang masih mengalami kesulitan di dalam menerapkan media pembelajaran benda asli. Guru harus memberi pelayanan menyeluruh kepada semua kelompok siswa untuk memberi pelayanan yang maksimal kepada siswa, setiap kelompok diberi waktu untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kemudian ditanggapi dan disempurnakan
3) Agar interaksi antar siswa tampak aktif, setiap siswa diberi
kesempatan untuk bertanya kepada teman sebaya.
B. Hasil Penelitian pada Siklus Kedua
Perencanaan
1. Menyusun dan mempersiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP tentang materi bangun ruang.
2. Mempersiapkan alat-alat dan media yang digunakan, yaitu media pembelajaran benda asli. Menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian serta proses pembelajaran dengan mempergunakan media pembelajaran benda asli
3. Menambah waktu diskusi kelompok agar setiap kelompok mendapat kesempatan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
4. Mempersiapkan instrumen observasi dan instrumen tes
5. Mempersiapkan daftar nilai
6. Pembentukan kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen
7. Penelelasan tentang penerapan metode pembelajaran berdasarkan masalah.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dengan metode pembelajaran berdasarkan masalah sesuai dengan rencana pelajaran (RP). Selama pelaksanaan pembelajaran peneliti dan 2 orang pengamat akan melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran, setelah proses tersebut selesai peneliti dan pengamat akan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, hasil refleksi akan dipakai untuk memperbaiki dan menyusun perangkat pembelajaran untuk siklus berikutnya. Pembelajaran dalam penelitian ini berlangsung dalam siklus-siklus yang saling berkaitan. Garis besar pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Rencana pelajaran (RP).
2. Melakukan pembelajaran dengan memakai strategi belajar metode pembelajaran berdasarkan masalah.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi belajar ini adalah :
Pendahuluan
a. Guru mengorientasi siswa pada permasalahan bangun ruang.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta mempersiapkan media yang diperlukan dan mengorganisasi siswa untuk terlibat aktif pemecahan masalah bangun ruang
Kegiatan Inti
a. Guru meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok 4-5 orang yang berbeda jenis kelaminnya. Mereka diminta menyelesaikan masalah bangun ruang dan berdiskusi sesuai LKS, guru memberi masalah materi yang berkaitan dengan bangun ruang
b. Guru membimbing awal siswa untuk memberikan informasi selangkah demi selangkah untuk mencermati masalah bangun ruang.
c. Guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang
d. Guru membimbing siswa mengembangkan hasil karya tentang bangun ruang
Penutup
a. Guru bersama siswa berusaha langkah demi langkah pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Selesai diskusi, guru melakukan refleksi dan membimbing siswa membuat
Observasi
Dalam tahap observasi pada siklus kedua, observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator, kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir. Observasi dilakukan dengan instrumen observasi.
Hasil pengamatan sebagai berikut:
a. Siswa lebih aktif dalam bertanya apabila mereka merasa tidak bisa mengerjkan soal latihan.
b. Siswa lebih aktif dalam menyelesaikan soal-soal tentang bangun ruang
c. Siswa yang malas, cenderung ada peningkatan kinerjanya, mereka lebih antusias menyelesaikan soal-soal tentang bangun ruang.
Refleksi
a. Pada siklus ketiga guru harus lebih memotivasi siswa untuk lebih berhasil, agar ketuntasan tercapai maksimal.
b. Pada kegiatan di kelompok, keaktifan siswa perlu ditingkatkan dengan cara memberi penghargaan kepada siswa yang baik dalam hasil kerja menyelesaikan soal-soal tentang bangun ruang.
c. Setiap siswa diberi kesempatan bertanya dan mengemukakan pendapat
C. Hasil Penelitian pada Siklus Ketiga
Perencanaan
a. Menyusun dan mempersiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP tentang materi bangun ruang yang sudah direvisi.
b. Mempersiapkan alat-alat dan media yang digunakan, yaitu
media benda asli bangun ruang yang meliputi bangun kubus dan balok serta kerangka kubus dan balok dalam ukuran sebenarnya yang berbeda dari pembelajaran berdasarkan masalah pada siklus II
c. Menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian serta proses pembelajaran dengan mempergunakan media pembelajaran benda asli.
d. Pada tahap pendahuluan menambah jumlah pertanyaan sebagai pemicu rasa ingin tahu siswa.
e. Menambah waktu tanya jawab agar setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengutrakan pendapat dan bertanya kepada guru apabila mereka kurang jelas terhadap pembelajaran bangun ruang.
f. Mempersiapkan instrumen observasi dan instrumen tes
g. Mempersiapkan daftar nilai
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dengan media pembelajaran bangun ruang sesuai dengan rencana pelajaran (RP). Selama pelaksanaan pembelajaran peneliti dan 2 orang pengamat akan melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran , setelah proses tersebut selesai peneliti dan pengamat akan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, hasil refleksi akan dipakai untuk memperbaiki dan menyusun perangkat pembelajaran untuk siklus berikutnya. Pembelajaran dalam penelitian ini berlangsung dalam siklus-siklus yang saling berkaitan. Garis besar pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Rencana pelajaran (RP).
2. Melakukan pembelajaran dengan memakai strategi belajar media pembelajaran bangun ruang.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi belajar ini adalah :
Pendahuluan
a. Guru mengorientasi siswa pada permasalahan bangun ruang dan menyelesaikan masalah yang bekaitan dengan bangun ruang
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta mempersiapkan media yang diperlukan dan mengorganisasi siswa untuk terlibat aktif pemecahan masalah tentang bangun ruang.
Kegiatan Inti
a. Guru meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok 4-5 orang yang berbeda jenis kelaminnya. Mereka diminta menyelesaikan masalah bangun ruang dan berdiskusi sesuai LKS, guru memotivasi siswa menyelesaikan masalah.
b. Guru memotivasi siswa untuk berusaha maksimal menyelesesaikan masalah bangun ruang.
c. Guru memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi bangun ruang serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang
d. Guru membimbing siswa mengembangkan hasil karya tentang bangun ruang
Penutup
a. Guru bersama siswa berusaha langkah demi langkah mengulas pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Selesai diskusi, guru melakukan refleksi dan membimbing siswa membuat rangkuman.
Observasi
Dalam tahap observasi pada siklus ketiga, observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator, kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir. Observasi dilakukan dengan instrumen observasi.
Hasil pengamatan sebagai berikut:
a. Suasana kelas terkendali.
b. Pada saat kegiatan pembelajaran, siswa aktif melakukan
kegiatan pembelajaran menentukan materi bangun ruang. Sebagian besar siswa sangat memahami apa yang harus dilakukan.
c. Siswa berani mengungkapkan pendapat dan bertanya
Refleksi
a. Pada siklus ketiga siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam pembelajaran dengan media pembelajaran bangun ruang.
b. Selama kegiatan pembelajaran siswa tampak aktif, komunikatif karena tiap siswa telah memahami dan mengerti tugas masing-masing dalam penerapan media pembelajaran bangun ruang.
D. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai peneliti, pada saat berlangsungnya proses pembelajaran diperoleh data kondisi dan permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas IX SMP Al Muslim Waru Sidoarjo kurang memahami konsep bangun ruang sehingga siswa memiliki prestasi belajar yang rendah.
Berdasarkan kondisi yang ada, maka peneliti merencanakan pembelajaran bangun ruang dengan mempergunakan media pembelajaran bangun ruang, agar siswa termotivasi dalam belajar, sehingga prestasi belajarnya meningkat.
Pembelajaran dengan media pembelajaran bangun ruang
menekankan pada kegiatan aktif siswa, karena semua siswa terlibat dalam pembelajaran. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk mendiskusikan atau mengerjakan tugas secara bersama-sama.
1. Pembahasan Siklus I
Pada tahap awal guru membentuk kelompok kecil beranggotakan 4-5 siswa, kelompok dipilih berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan belajar yang terbukti dari prestasi belajar siswa ada yang tinggi, sedang, dan ada yang rendah.. Kelompok dibentuk secara heterogen.
Pada awal kegiatan pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa cenderung kurang berminat menyelesaiakn soal-soal latihan, dan guru harus selalu mengingatkan agar siswa mengerjakan latihan, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bersemangat dan cenderung pasif, tidak aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran.
Minat belajar siswa dalam pembelajaran kurang ditandai dengan banyaknya siswa selama pembelajaran berlangsung tidak ada minat untuk segera menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang
Minat untuk bertanya juga kurang karena siswaa cenderung pasif pada waktu guru memberikan pertanyaan atau saat guru memberikan tugas. Hasil belajar siswa pada siklus pertama tampak pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Belajar pada Siklus Pertama
Berdasarkan pengamatan, siswa dalam pembelajaran pada siklus pertama prestasi belajar siswa rata-rata 60,0 dan pada siklus I yang tuntas ada 13 siswa (39,4%) yang tidak tuntas ada 20 siswa (60,6%).
1. Pembahasan Siklus II
Pada siklus II kelompok siswa masih sama dengan siklus I. Kelompok dibentuk secara heterogen. Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah mulai tampak aktif walaupun belum seluruhnya. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan siswa secara kelompok, yaitu mengamati dan mengadakan pengukuran, berdiskusi menentukan materi perpindahan panas, serta melaporkan hasil diskusi.
Pada siklus kedua ini siswa lebih aktif dalam bertanya apabila mereka merasa tidak bisa mengerjkan soal latihan.Siswa lebih aktif dalam menyelesaikan soal-soal tentang bangun ruang. Siswa yang malas, cenderung ada peningkatan kinerjanya, mereka lebih antusias menyelesaikan soal-soal tentang bangun ruang. Hasil belajar siswa pada siklus kedua tampak pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Belajar pada Siklus Kedua
Berdasarkan pengamatan, siswa dalam pembelajaran pada siklus kedua prestasi belajar siswa rata-rata 69,4 dan pada siklus kedua yang tuntas ada 19 siswa (57,6%) yang tidak tuntas ada 14 siswa (42,4%).
1. Pembahasan Siklus III
Pada siklus III kelompok siswa masih sama, kelompok dibentuk secara heterogen. Selama kegiatan pembelajaran mulai dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan siswa tampak aktif, komunikatif, karena tiap siswa telah memahami apa yang harus dikerjakan dalam metode pembelajaran berdasarkan masalah.
Suasana kelas pada siklus ketiga ini terkendali. Pada saat
kegiatan pembelajaran, siswa aktif melakukan kegiatan pembelajaran menentukan materi bangun ruang. Sebagian besar siswa sangat memahami apa yang harus dilakukan. Siswa berani mengungkapkan pendapat dan bertanya.
Hasil belajar siswa pada siklus ketiga tampak pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Belajar pada Siklus Ketiga
Berdasarkan pengamatan, siswa dalam pembelajaran pada siklus ketiga prestasi belajar siswa rata-rata 76,4 dan pada siklus ketiga yang tuntas ada 29 siswa (87,9%) yang tidak tuntas ada 4 siswa (12,1%).
E. Data Aktivitas Siswa
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada materi bangun ruang ini aktivitas siswa yang diamati meliputi tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang media pembelajaran benda asli, keterlibatan siswa dalam kelompok, keberanian siswa dalam bertanya, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman, kerjasama dalam kelompok, kesungguhan siswa dlam mengerjakan tugas secara kelompok, serta kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas, yang ditampilkan dalam tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Instrumen Siswa
No
Pernyataan
Keadaan pada tiap Siklus
I
II
III
1
Tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang media pembelajaran benda asli
cukup
baik
baik
2
Keterlibatan siswa dalam kelompok
kurang
cukup
baik
3
Keberanian siswa dalam bertanya
kurang
cukup
baik
4
Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
kurang
cukup
baik
5
Kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman
kurang
cukup
baik
6
Kerjasama dalam kelompok
kurang
cukup
baik
7
Kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok
kurang
cukup
baik
8
Kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas.
kurang
cukup
baik
Berdasarkan hasil pengamatan yang tercantum pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa selama kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang media pembelajaran bangun ruang berkriteria cukup, keterlibatan siswa dalam kelompok berkriteria kurang, keberanian siswa dalam bertanya berkriteria kurang, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat berkriteria kurang, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman berkriteria kurang, kerjasama dalam kelompok berkriteria kurang, kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok berkriteria kurang, serta kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas berkriteria kurang.
Selama kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang media pembelajaran bangun ruang berkriteria baik, keterlibatan siswa dalam kelompok berkriteria cukup, keberanian siswa dalam bertanya berkriteria cukup, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat berkriteria cukup, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman berkriteria cukup, kerjasama dalam kelompok berkriteria cukup, kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok berkriteria cukup, serta kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas berkriteria cukup.
Selama kegiatan belajar mengajar pada siklus ketiga tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang media pembelajaran bangun ruang berkriteria baik, keterlibatan siswa dalam kelompok berkriteria baik, keberanian siswa dalam bertanya berkriteria baik, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat berkriteria baik, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman berkriteria baik, kerjasama dalam kelompok berkriteria baik, kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok berkriteria baik, serta kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas berkriteria baik.
F. Data Aktivitas Guru
Dalam pelaksanaan penelitian aktivitas guru yang diamati antara lain: (a) pembukaan yang meliputi motivasi dan apersepsi, (b) Perangkat pembelajaran yang meliputi penguasaan materi, sistematika penyampaian tugas pada siswa, kejelasan dalam pemberian konsep, kesesuaian media yang dipergunakan, pengelolaan kelas, penggunaan papan tulis, komunikasi yang ditimbulkan, serta ada tidaknya penghargaan kepada siswa, (c) Penampilan guru yang meliputi suara guru harus dapat didengar dengan jelas, guru berpakaian bersih rapi dan sopan, mobilitas guru, serta ekspresi guru, (d) Penutup yang meliputi rangkuman materi yang disampaikan guru, postes, serta cara menutup pembelajaran.
Data aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5Data Aktivitas Guru
No
Pernyataan
Keadaan pada tiap Siklus
I
II
III
1
Pembukaan
v motivasi
v apersepsi
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
2
Perangkat pembelajaran
v penguasaan materi
v sistematika penyampaian tugas pada siswa
v kejelasan dalam pemberian konsep
v kesesuaian media yang dipergunakan
v pengelolaan kelas
v penggunaan papan tulis komunikasi yang ditimbulkan
v ada tidaknya penghargaan kepada siswa
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
SangatBaik
Baik
Baik
Baik
Baik
3
Penampilan guru
v suara guru harus dapat didengar dengan jelas
v guru berpakaian bersih rapi dan sopan
v mobilitas guru
v ekspresi guru
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
4
Penutup
v rangkuman materi yang disampaikan guru
v postes
v cara menutup pembelajaran
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Berdasarkan hasil pengamatan yang tercantum pada tabel 4.5
menunjukkan bahwa selama kegiatan belajar mengajar aktivitas guru selama siklus pertama yang diamati antara lain: (a) pembukaan yang meliputi motivasi dan apersepsi berkriteria cukup, (b) Perangkat pembelajaran yang meliputi penguasaan materi berkriteria baik, sistematika penyampaian tugas pada siswa berkriteria cukup, kejelasan dalam pemberian konsep berkriteria baik, kesesuaian metode yang dipergunakan berkriteria cukup, pengelolaan kelas berkriteria cukup, penggunaan papan tulis berkriteria baik, komunikasi yang ditimbulkan berkriteria baik, serta ada tidaknya penghargaan kepada siswa berkriteria baik, (c) Penampilan guru yang meliputi suara guru harus dapat didengar dengan jelas berkriteria baik, guru berpakaian bersih rapi dan sopan berkriteria baik, mobilitas guru berkriteria baik, serta ekspresi guru berkriteria baik, (d) Penutup yang meliputi rangkuman materi yang disampaikan guru, postes, serta cara menutup pembelajaran berkriteria baik.
Selama kegiatan belajar mengajar aktivitas guru selama siklus kedua yang diamati antara lain: (a) pembukaan yang meliputi motivasi dan apersepsi berkriteria baik, (b) Perangkat pembelajaran yang meliputi penguasaan materi berkriteria baik, sistematika penyampaian tugas pada siswa berkriteria baik, kejelasan dalam pemberian konsep berkriteria baik, kesesuaian metode yang dipergunakan berkriteria baik, pengelolaan kelas berkriteria baik, penggunaan papan tulis berkriteria baik, komunikasi yang ditimbulkan berkriteria baik, serta ada tidaknya penghargaan kepada siswa berkriteria baik, (c) Penampilan guru yang meliputi suara guru harus dapat didengar dengan jelas berkriteria baik, guru berpakaian bersih rapi dan sopan berkriteria baik, mobilitas guru berkriteria baik, serta ekspresi guru berkriteria baik, (d) Penutup yang meliputi rangkuman materi yang disampaikan guru, postes, serta cara menutup pembelajaran berkriteria baik.
Selama kegiatan belajar mengajar aktivitas guru selama siklus ketiga yang diamati antara lain: (a) pembukaan yang meliputi motivasi dan apersepsi berkriteria baik, (b) Perangkat pembelajaran yang meliputi penguasaan materi berkriteria baik, sistematika penyampaian tugas pada siswa berkriteria sangat baik, kejelasan dalam pemberian konsep berkriteria sangat baik, kesesuaian metode yang dipergunakan berkriteria baik, pengelolaan kelas berkriteria baik, penggunaan papan tulis berkriteria baik, komunikasi yang ditimbulkan berkriteria baik, serta ada tidaknya penghargaan kepada siswa berkriteria baik, (c) Penampilan guru yang meliputi suara guru harus dapat didengar dengan jelas berkriteria baik, guru berpakaian bersih rapi dan sopan berkriteria baik, mobilitas guru berkriteria baik, serta ekspresi guru berkriteria baik, (d) Penutup yang meliputi rangkuman materi yang disampaikan guru, postes, serta cara menutup pembelajaran berkriteria baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, siswa dalam pembelajaran pada siklus pertama prestasi belajar siswa rata-rata 60,0 dan pada siklus I yang tuntas ada 13 siswa (39,4%) yang tidak tuntas ada 20 siswa (60,6%).
Berdasarkan pengamatan, siswa dalam pembelajaran pada siklus kedua prestasi belajar siswa rata-rata 69,4 dan pada siklus kedua yang tuntas ada 19 siswa (57,6%) yang tidak tuntas ada 14 siswa (42,4%).
Berdasarkan pengamatan, siswa dalam pembelajaran pada siklus ketiga prestasi belajar siswa rata-rata 76,4 dan pada siklus ketiga yang tuntas ada 29 siswa (87,9%) yang tidak tuntas ada 4 siswa (12,1%).
Berdasarkan hasil pengamatan yang tercantum pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa selama kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang media pembelajaran bangun ruang berkriteria cukup, keterlibatan siswa dalam kelompok berkriteria kurang, keberanian siswa dalam bertanya berkriteria kurang, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat berkriteria kurang, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman berkriteria kurang, kerjasama dalam kelompok berkriteria kurang, kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok berkriteria kurang, serta kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas berkriteria kurang.
Selama kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang media pembelajaran bangun ruang berkriteria baik, keterlibatan siswa dalam kelompok berkriteria cukup, keberanian siswa dalam bertanya berkriteria cukup, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat berkriteria cukup, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman berkriteria cukup, kerjasama dalam kelompok berkriteria cukup, kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok berkriteria cukup, serta kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas berkriteria cukup.
Selama kegiatan belajar mengajar pada siklus ketiga tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang media pembelajaran bangun ruang berkriteria baik, keterlibatan siswa dalam kelompok berkriteria baik, keberanian siswa dalam bertanya berkriteria baik, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat berkriteria baik, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman berkriteria baik, kerjasama dalam kelompok berkriteria baik, kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok berkriteria baik, serta kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas berkriteria baik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang tercantum pada tabel 4.5
menunjukkan bahwa selama kegiatan belajar mengajar aktivitas guru selama siklus pertama yang diamati antara lain: (a) pembukaan yang meliputi motivasi dan apersepsi berkriteria cukup, (b) Perangkat pembelajaran yang meliputi penguasaan materi berkriteria baik, sistematika penyampaian tugas pada siswa berkriteria cukup, kejelasan dalam pemberian konsep berkriteria baik, kesesuaian metode yang dipergunakan berkriteria cukup, pengelolaan kelas berkriteria cukup, penggunaan papan tulis berkriteria baik, komunikasi yang ditimbulkan berkriteria baik, serta ada tidaknya penghargaan kepada siswa berkriteria baik, (c) Penampilan guru yang meliputi suara guru harus dapat didengar dengan jelas berkriteria baik, guru berpakaian bersih rapi dan sopan berkriteria baik, mobilitas guru berkriteria baik, serta ekspresi guru berkriteria baik, (d) Penutup yang meliputi rangkuman materi yang disampaikan guru, postes, serta cara menutup pembelajaran berkriteria baik.
Selama kegiatan belajar mengajar aktivitas guru selama siklus kedua yang diamati antara lain: (a) pembukaan yang meliputi motivasi dan apersepsi berkriteria baik, (b) Perangkat pembelajaran yang meliputi penguasaan materi berkriteria baik, sistematika penyampaian tugas pada siswa berkriteria baik, kejelasan dalam pemberian konsep berkriteria baik, kesesuaian metode yang dipergunakan berkriteria baik, pengelolaan kelas berkriteria baik, penggunaan papan tulis berkriteria baik, komunikasi yang ditimbulkan berkriteria baik, serta ada tidaknya penghargaan kepada siswa berkriteria baik, (c) Penampilan guru yang meliputi suara guru harus dapat didengar dengan jelas berkriteria baik, guru berpakaian bersih rapi dan sopan berkriteria baik, mobilitas guru berkriteria baik, serta ekspresi guru berkriteria baik, (d) Penutup yang meliputi rangkuman materi yang disampaikan guru, postes, serta cara menutup pembelajaran berkriteria baik.
Selama kegiatan belajar mengajar aktivitas guru selama siklus ketiga yang diamati antara lain: (a) pembukaan yang meliputi motivasi dan apersepsi berkriteria baik, (b) Perangkat pembelajaran yang meliputi penguasaan materi berkriteria baik, sistematika penyampaian tugas pada siswa berkriteria sangat baik, kejelasan dalam pemberian konsep berkriteria sangat baik, kesesuaian metode yang dipergunakan berkriteria baik, pengelolaan kelas berkriteria baik, penggunaan papan tulis berkriteria baik, komunikasi yang ditimbulkan berkriteria baik, serta ada tidaknya penghargaan kepada siswa berkriteria baik, (c) Penampilan guru yang meliputi suara guru harus dapat didengar dengan jelas berkriteria baik, guru berpakaian bersih rapi dan sopan berkriteria baik, mobilitas guru berkriteria baik, serta ekspresi guru berkriteria baik, (d) Penutup yang meliputi rangkuman materi yang disampaikan guru, postes, serta cara menutup pembelajaran berkriteria baik.
B. Saran
Pada penelitian ini saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Bagi guru matematika, hasil penlitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran pada materi bangun ruang di kelas.
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penlitian yang sejenis.
3. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah melalui pelatihan tentang media pembelajaran, atau sekedar penyegaran ingatan melalui pelatihan sederhana tentang media pembelajaran.
4. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran menyenangkan, dan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran berdasarkan masalah, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evamaterii Pendidikan.
Budijastuti, Widowati. 2001. Strategi Pembelajaran Dalam Pelatihan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP & MTs
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kalender Pendidikan Nasional.
http://www.depdiknas.go.id/inlink.php?to=kalender
Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo. 2006. Materi Pengembangan Profesi Guru Tahun 2006. Sidoarjo: Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran.
Soekowati, July Tri. 2006. Pengembangan Bahan Ajar Sains Biologi dengan Pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Tesis.
Sugiono. 2004. Statistika untuk Penelitian.
Suharta, I Gusti Putu.2001. Matematika Realistik : Apa dan Bagaimana?.
Sekolah
fiz-online , suwandi, tyas, hidayat, ridwan, mahmudah, labkom, salim, wawan,
http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran.html